Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian Malala Yousafzai mengunjungi kembali tanah kelahirannya di Lembah Swat, Pakistan. Ia menangis ketika memasuki rumah masa kecilnya untuk pertama kalinya sejak seorang pria Taliban bersenjata menembaknya pada tahun 2012.
Gadis berusia 20 tahun itu mengatakan kepada seorang kerabat keluarga bahwa dia berencana untuk pulang setelah menyelesaikan pendidikannya di Oxford, Inggris di mana dia saat ini sedang menjalani studi untuk meraih gelar di bidang politik, filsafat dan ekonomi.
Sejumlah ruas jalan di kota Mingora diblokir seiring Yousafzai, yang lebih dikenal di dunia internasional dengan nama depannya, diterbangkan ke Pakistan dengan helikopter militer bersama orang tua dan saudara laki-lakinya.
Pengamanan ketat di sekitar bekas rumahnya, yang sekarang disewa oleh seorang teman keluarganya, Farid-ul-Haq Haqqani, yang telah menjaga kamar wanita muda itu tetap utuh dengan buku-bukunya, piala sekolah dan kopernya.
"Mereka menangis. Mereka bersujud mencium tanah.” kata Haqqani tentang Malala dan keluarganya.
Haqqani setuju untuk diwawancarai di dalam rumah keluarga Malala dan menunjukkan sebuah rak di kamar Malala dengan deretan buku-buku termasuk diantaranya buku karya Shakespeare, Comedy of Errors dan Romeo and Juliet, serta salinan serial televisi Ugly Betty.
"Saya bertanya kepadanya kapan dia [Malala] akan kembali secara permanen [ke Pakistan] dan dia berkata 'Insya Allah, ketika pendidikan saya selesai, saya Insya Allah akan kembali ke Pakistan'," kata Haqqani.
Haqqani juga menambahkan bahwa Malala mengobrol di kamarnya dengan empat orang teman sekolahnya di Swat, sementara orangtuanya menyapa tetangga yang mampir.
Malala sedang berkunjung ke Pakistan sejak Kamis (29/3/2018), yang merupakan perjalanan pulang pertamanya sejak dia ditembak dan diterbangkan ke luar negeri untuk menjalani perawatan.
Pemerintah dan militer telah memberikan jaminan keamanan.
Karena alasan kekhawatiran atas keamanannya, tidak dapat dipastikan apakah Malala akan dapat mengunjungi Swat, sebuah wilayah pegunungan yang indah yang hampir dua tahun belakangan berada di bawah kendali militan Taliban Pakistan dengan interpretasi mereka yang keras atas hukum Islam.
"Saya merindukan segala sesuatu tentang Pakistan ... mulai dari sungai, gunung, bahkan jalan-jalan kotor dan sampah di sekitar rumah kami, dan teman-teman saya dan bagaimana kami dulu bergosip ... bagaimana kami dulu bertengkar dengan tetangga kami," kata Malala. dalam sebuah wawancara pada hari Jumat (30/3/2018).
"Saya belum pernah bersemangat untuk apa pun dan belum pernah sebahagia ini sebelumnya." Ungkap Malala.
Tentara Pakistan berusaha keras untuk merebut kembali kendali atas wilayah Swat dari Taliban pada tahun 2009 dan daerah itu sebagian besar tetap damai, tetapi kelompok militan masih sesekali meluncurkan serangan, termasuk sebuah serangan yang dilancarkan kepada militer Pakistan beberapa minggu lalu.
Taliban mengaku bertanggung jawab pada 2012 atas serangan terhadap Malala atas pembelaannya yang vokal untuk pendidikan anak perempuan, yang dilarang di bawah kekuasaan militant di wilayah Swat.
Pada tahun 2014, Malala menjadi pemenang Nobel termuda, dan dihormati untuk karyanya bersama Malala Foundation, sebuah badan amal yang ia dirikan untuk mendukung kelompok advokasi pendidikan dengan fokus pada negara Pakistan, Nigeria, Yordania, Suriah dan Kenya.
Sejak serangan dan pemulihannya, dia memimpin organisasi Malala Fund di mana dia mengatakan telah menginvestasikan dana sebesar $ 6 juta atau setara Rp 63,5 triliun untuk sekolah, buku, dan seragam bagi anak-anak sekolah.
Reuters/AP
Simak beritanya dalam Bahasa Inggris disini.
https://www.jpnn.com/news/malala-kunjungi-tanah-kelahirannya-di-pakistanBagikan Berita Ini
0 Response to "Malala Kunjungi Tanah Kelahirannya Di Pakistan"
Post a Comment